I. A mess,

Asmaraloka.
4 min readMay 26, 2023

--

cr: pinterest

“Prince?” yang dipanggil Prince pun menoleh, tersenyum manis saat mengetahui bahwa lelaki yang sedari tadi ia cari diantara kerumunan di dalam hall kini muncul ke permukaan, tepat di hadapannya.

“Dari mana saja kamu?” tanya Wynno, yang dipanggil Prince baru saja.

“Dari taman belakang. Di sini sesak, aku ingin mencari udara segar,” balasnya, dan Wynno mengangguk pelan.

Wynno mengulurkan satu tangannya, tersenyum manis lalu bertanya, “Mau dansa bersamaku, Duke Milias?” yang disambut senyuman hangat oleh sang Duke, “Tentu, siapa aku berani menolak titahmu, Pangeranku, Wynno?”

Tulang pipinya naik begitu tinggi, dihiasi rona merah yang mengitari, sang Pangeran tersipu malu mendengar perkataan Duke-nya. Benar, hubungan khusus memang terjalin diantara keduanya.

Karena sang Ayah yang ingin membuat kerjasama dengan Raja Winston; Ayah dari Duke Milias. Keduanya berakhir dijodohkan. Tentu saja awalnya Wynno menentang permintaan ayahnya, sebab ia saat itu masih berumur 20 tahun, kenapa ia harus dijodohkan seperti ini? Terlebih sang Duke saat itu sudah memasuki umurnya yang ke 27.

Namun lambat laun, Wynno menerimanya, karena Milias memperlakukannya terlampau baik, meskipun awalnya ia sempat berpikiran buruk tentang sang Duke. Sebab, dari kabar yang sering ia dengar, Milias begitu tegas dan menyeramkan, ia tidak akan mengampuni siapapun yang berani mendatangi wilayahnya namun bertujuan untuk berbuat kejahatan, entah mencuri, menjarah rakyatnya, menipu, dan banyak lagi hal-hal buruk lainnya. Ia tak segan-segan memberi hukuman mati pada para pelaku.

Wynno akui, Milias sangat tampan, memiliki tubuh yang besar juga tinggi, fitur wajahnya yang terlihat pas pada posisi; rahangnya tegas, tulang pipi yang menonjol, hidungnya tinggi, hingga gigi taring yang terlihat ketika dirinya sedang tersenyum pun tertawa terlihat begitu sempurna. Membuatnya tampak semakin menawan di mata Wynno.

Langkah kaki keduanya mengayun seirama dengan musik yang dimainkan, mengayun pelan ke kanan dan kiri sesuai ketukan. Dengan jemari sang Duke yang bersemayam pada pinggang sang Pangeran, pula kedua lengan sang Pangeran yang melingkar apik pada leher sang Duke, mata keduanya bersua penuh asih, mendatangkan debaran yang menyenangkan menyelimuti dada. Semakin hanyut keduanya di lantai dansa, seolah dunia hanya milik berdua, tak peduli pada bisik-bisik manusia lainnya yang berada di sana ketika melihat keduanya bertatap mesra sebelum sang Duke mendaratkan satu kecupan hangat.

“Kamu ada luka, Duke? Kemarin sempat berpamitan mau mendatangi perbatasan teluk di selatan, kan?” Wynno bertanya dengan raut khawatir, satu tangannya memberi usapan lembut pada pipi Milias.

“Tidak perlu khawatir, Pangeran. Aku baik-baik saja, hanya sedikit tergores di bagian panggul, sudah terobati dengan baik,” terang Milias, dan Wynno mengangguk pelan, ia merasa sedikit tenang.

“Tidak dalam kan lukanya?” tanya Wynno memastikan, yang dihadiahi cubitan pelan pada hidungnya dari Milias, “Tidak, sayangku, jangan khawatir berlebihan begitu,” dan Wynno menghembuskan napasnya lega, ia hanya takut Milias terlalu menyepelekan lukanya.

“Nanti aku mau lihat lukanya,” tuturan Wynno lagi-lagi membuat Milias tersenyum gemas, kini pipi Wynno yang menjadi sasarannya.

“Iya boleh, Prince.”

Pangeran Wynno dan Duke Milias berjalan berdampingan menuju tangga yang berada di ujung tepat di tengah hall tempat digelarnya pesta malam ini. Ayah Wynno; Raja Albert sudah berada di atas sana, menunggu kedatangan keduanya.

Perjamuan malam hari ini memang diselenggarakan oleh Raja Albert dan Raja Winston, bermaksud untuk menyampaikan kapan kedua putera mereka melangsungkan pernikahan.

Prince Wynno and Duke Milias were the main characters tonight.

Saat langkah kaki keduanya sampai di anak tangga terakhir, terdengar riuh gemuruh dari luar Istana, membuat Wynno dan Milias menghentikan langkahnya. Saling menatap penuh kebingungan dengan apa yang terjadi.

“DUKE MILIAS!” beberapa orang masuk menerobos ke dalam hall, berteriak kencang memanggil Milias yang masih berada di atas sana. Wajah-wajahnya sama sekali tak dikenali oleh sang Duke.

Milias yang mendengar namanya diserukan pun segera berjalan turun dan menghampiri segerombolan orang tersebut. Kakinya berhenti tepat di hadapan gerombolan itu, kemudian bertanya, “Ada apa ini? Kenapa memanggilku begitu lantang?” Milias mengatakan dengan nada yang cukup tenang.

“Kamu harus bertanggungjawab, Duke!” pria yang cukup berumur dan berdiri di tengah-tengah gerombolan itu kembali berseru, “Beraninya kamu menghamili anakku? Anak yang aku jaga dengan sepenuh hati, ku besarkan dengan kasih sayang tapi kamu membuatnya kehilangan masa depan!”

Keadaan menjadi hening, sibuk mencerna perkataan pria berumur itu. Dan Wynno di sana, berjarak lima langkah dari tempat Milias berdiri, ekspresinya begitu terkejut mendengar kabar buruk— setidaknya untuk dirinya dan keluarganya. Tangannya mengepal erat, berjalan terburu mendekati Milias lalu melayangkan tamparannya pada sang Duke, begitu keras hingga membuat tubuh Milias bergeser sejengkal.

“Maksudnya apa? Saya tidak pernah tidur dengan wanita manapun!” setelah berhasil kembali dari keterkejutannya, Milias pun menyanggah dengan nada penuh emosi, sebab ia dituduh melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan, juga menyebabkan Wynno salah paham dan memberinya tamparan, itu sangat membuatnya naik pitam.

“Ayo ikut aku, kita bertemu dengan anakku, dan kamu akan mengetahui siapa yang sudah kamu nodai,” ucap pria tua itu.

Milias menoleh menatap Wynno yang sekarang sudah menangis tergugu, jemarinya meraih kedua sisi wajah Wynno, membelai pipinya dengan lembut, “Prince, aku bersumpah aku tidak pernah melakukan hal keji seperti itu, aku pun tidak menyukai wanita, kamu tahu itu kan?”

Sang Pangeran mengangguk pelan. Ketika Milias mengatakannya, ia melihat kejujuran dari binar mata Dukenya.

“Tunggu aku, aku akan menyelesaikan masalah ini dan kembali kepadamu, mengerti?” Milias berujar penuh keyakinan, dan menatap Wynno lembut sebelum akhirnya pergi mengikuti pria tua dan kawanannya setelah mendapat anggukan dari Wynno.

Wynno hanya mampu memandangi punggung Milias yang kian mengecil keluar dari Istana. Tangisnya belum juga berhenti, sebelum akhirnya ia direngkuh sang Ayah menenangkan.

Raja Winston pun berada di sana, wajahnya bersedih juga malu karena puteranya menyebabkan kekacauan di hari yang seharusnya penuh sukacita. Tangannya menepuk pelan bahu Wynno, “Maafkan aku dan anakku, Pangeran. Aku sungguh tidak menyangka kalau anakku melakukan hal seperti itu,” ujar sang Raja, dan Wynno menggeleng sebagai balasan.

“Tidak, Raja. Aku percaya Duke, dia tidak mungkin melakukan hal seburuk itu. Aku mempercayainya,” Wynno melontarkan perkataannya dengan lirih. Ia memang mempercayai Milias, tetapi meski begitu ia juga tetap cemas, takut hal-hal buruk itu ternyata adalah fakta yang sebenarnya. Kini ia hanya mampu berdoa dalam hati, semoga Milias segera kembali dengan kabar baik dan tanpa kekurangan satupun di tubuhnya.

--

--

Asmaraloka.
Asmaraloka.

Written by Asmaraloka.

Imajinasi yang tertuang menjadi kata; menyatu membentuk sebuah cerita. Apa yang ada di sini, jangan diambil hati, ya?

No responses yet