🥛🍫😘😳

Asmaraloka.
3 min readJun 28, 2023

--

Mars dan Milo.

“Udah habis milonya?” Milo bertanya sembari melangkah mendekat pada Mars yang masih ada di atas ranjang, setelah selesai dengan urusannya mencuci piring di dapur.

“Masih ada setengah. Kenyang, Cil,” begitu jawab Mars. Ia mengulurkan tangannya ke depan bermaksud untuk meminta peluk pada pacarnya yang lucu itu. “Peluk lagi dong, masih kangen.”

Milo memutar matanya namun tetap mendekat dan memeluk bayi besarnya. Mars kalau sakit memang lebih manja (pangkat tiga) dari biasanya.

Kepala Mars kini menempel erat pada dadanya, sedang ia mulai mengusap belakang kepala Mars dengan pelan.

“Milonya habisin dulu, keburu dingin nanti,” Milo berucap masih dengan posisinya berdiri di sisi ranjang juga memeluk Mars yang semakin mendusal pada dadanya.

“Hmmm, maunya Milo yang lagi aku peluk ini yang aku minum…”

“Obatnya itu loh Mars belum dimakan!”

“Bawel deh,” setelah menyelesaikan ucapannya, Mars dengan cepat menarik pinggang Milo dan mendudukkan kekasihnya itu di atas pahanya. “Mau Milo yang ini dulu,” begitu lanjutnya.

Milo yang jelas masih terkejut sebab tindakan Mars yang tiba-tiba itu kini semakin terkejut karena bibir pucat Mars sudah mendarat di atas ranumnya. Dilumat pelan oleh Mars sementara Milo masih mencerna apa yang terjadi.

Lambat laun Milo pun mengikuti permainan pacarnya, matanya sudah terpejam begitu pula tangannya yang kini meremas pelan rambut belakang Mars. Terbawa suasana ketika Mars begitu lihai melumat bibir atas juga bawahnya bergantian.

Semakin lama semakin intens, lidah keduanya pun ikut berkelit di dalam rongga milik Milo. Pelukan Mars pada pinggang kekasihnya pun mengerat, seolah tidak ingin melepaskan ciuman keduanya. Terus ingin menjajah apa saja yang ada di dalam mulut cintanya, membelai lembut ranum Milonya dengan lidahnya. Menciptakan lenguhan pelan dari Milo yang juga diiringi dengan tubuhnya yang gemetar pelan.

“U–udah, stop Mars,” Milo memisahkan ciuman keduanya, ia takut nanti semakin jauh mereka melakukannya. Meskipun keduanya sudah sama-sama legal, Milo belum siap untuk melakukan hal lebih dari sekadar ciuman.

Mars yang mengerti kekasihnya itu kini tersenyum sangat lebar ketika melihat wajah Milo yang memerah malu. “Lucunya Milo~ wajahnya merah, enak ya ciumannya?” Mars menggoda dengan sengaja, “Kamunya sampai gemeter gitu,” lanjut Mars masih dengan nada menggodanya.

“Diem gak?” Milo yang terpancing pun menyebikkan bibirnya sebal, menatap Mars dengan mata yang menyipit tajam, yang tentu tidak terlihat menyeramkan sama sekali di mata Mars.

“Auhh, gemes, gemes, Miloku paling gemes!” ucap Mars yang diselipi kekehan di akhir.

Mars layangkan kecupan kecil pada seluruh wajah Milo yang masih saja merengut kesal. Membubuhkan begitu banyak kecupan hingga Milo kegelian dan tertawa sebab ulahnya, baru Mars mengehentikan kecupannya. Ia pandangi wajah manis kekasihnya itu, mengucap banyak syukur dalam hatinya karena bisa memiliki Milo. Mars berjanji ia akan selalu menjaga kekasihnya itu, tidak akan membuatnya bersedih sebab Milo berhak mendapatkan yang terbaik dari dirinya, pula dari dunia.

I love you, Milo anget…” Mars tersenyum begitu manis ketika mengucapkannya, “Sama aku terus ya, Mil sampai jadi kakek-kakek nanti…”

Dan Milo mengangguk pelan, “Iya, I love you too, Mars. Jangan sakit-sakit lagi ya?” Milo kecup dahi Mars yang masih tertempel plester penurun demam itu. Meskipun begitu, Mars tetap bisa merasakan hangat di hatinya dari kecupan Milo.

“Sekarang obatnya dimakan, biar cepet sembuh. Oke jagoan?”

Aduh, bisa gila Mars dipanggil jagoan begitu.

Mars hanya mengangguk dengan senyuman malu-malu. Membuat Milo mengernyit heran, “Kenapa gitu deh? Mukamu kok merah?” begitu tanya Milo yang tidak paham kalau kekasihnya itu sedang salah tingkah.

“Aku dipanggil jagoan, aduh, gila lucu banget. Bisa gila aku, Milo!!”

“Lah, kan memang jagoan? Jagoan punya Milo.”

“WAH, WAH, ANJING DAMAGENYA GILA. WAH MILO. ARGHHHH!!!”

“Alay.”

“MILOOO, SAYANG MILO BANGET, SAYANG, SAYANG MILO ANGET!!!”

“Berisik! Mau cium lagi gak?”

“Masa gue tolak, ya mau lah!”

Sudah, kita akhiri di sini ya? Biar mereka berciuman dengan tenang. Mengintip orang ciuman lama-lama juga tidak baik, nanti bintitan!

--

--

Asmaraloka.
Asmaraloka.

Written by Asmaraloka.

Imajinasi yang tertuang menjadi kata; menyatu membentuk sebuah cerita. Apa yang ada di sini, jangan diambil hati, ya?

No responses yet